Anak berkebutuhan khusus (Heward) adalah anak dengan
karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya, tanpa selalu
menunjukan pada ketidakmampuan mental, emosi atau fisik.. ABK sendiri menurut para ahli
(Heward) bisa dibagi dalam 2 kategori, yakni
·
ABK
yang bersifat permanen (akibat dari kelainan tertentu) dan
·
ABK
bersifat temporer (mengalami hambatan belajar dan perkembangan yang disebabkan
kondisi dan situasi lingkungan). Untuk ABK yang bersifat temporer apabila tidak
mendapatkan penanganan ataupun intervensi yang tepat dan sesuai dengan hambatan
belajarnya akan sangat dimungkinkan menjadi permanen.
Adapun
beberapa faktor penghambat dalam belajar mereka antara lain:
·
faktor
lingkungan,
·
faktor
dari dalam diri anak dan
·
faktor
kombinasi antara faktor lingkungan dan faktor dari dalam diri anak.
Sementara
dari sisi gangguan atau kelainan ABK dapat dikelompokkan dalam beberapa aspek,
seperti:
·
aspek
fisik/motorik, misalnya cerebral palsi, polio, dan lain-lain,
·
aspek gangguan kognitif seperti retardasi
mental, ataupun anak unggul (berbakat),
·
aspek
bahasa dan bicara,
·
aspek
pendengaran,
·
aspek penglihatan dan
·
juga
aspek sosial-emosi.
Yang
termasuk kedalam ABK antara lain: tunanetra,
tunarungu, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras,kesulitan belajar, gangguan
prilaku, anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan.
Istilah
lain bagi anak berkebutuhan khusus adalah anak luar biasa, anak cacat, dan atau
Anak Dengan Kedisabilitasan ( ADK ). Karena karakteristik dan hambatan yang
dimilki, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan
dengan kemampuan dan potensi merekaAnak berkebutuhan khusus biasanya bersekolah
di sekolah luar biasa (SLB) sesuai dengan kekhususannya masing-masing.
a. SLB bagian A untuk tunanetra.
Tunanetra
adalah gangguan daya penglihatan, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan
walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus, mereka masih
tetap memerlukan pendidikan khusus
Layanan
Pendidikan Tunanetra Dikelompokkan Menjadi:
•
Mereka mampu membaca cetakan standart
•
Mampu membaca cetakan standart dengan menggunakan kaca pembesar
•
Mampu membaca cetakan besar (ukuran huruf:18)
•
Mampu membaca cetakan kombinasi cetakan reguler dan catakan besar
•
Membaca cetakan besar dengan kaca pembesar
•
Menggunakan Braille tetapi masih bisa melihat cahaya (sangat berguna untuk
mobilitas)
•
Menggunakan Braille tetapi tidak punya persepsi cahaya
Kebutuhan
Pembelajaran Anak Tunanetra :
Karena
keterbatasan anak tunanetra, maka pembelajarannya harus mengacu kepada
prinsip-prinsip:
a.
Kebutuhan akan pengalaman konkret
b.
Kebutuhan akan pengalaman memadukan
c.
Kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar
Media
Belajar Anak Tunanetra dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
•
Kelompok buta dengan media pembelajarannya adalah tulisan Braille
•
Kelompok Low Vission dengan medianya adalah tulisan awas yang dimodifikasi
(huruf diperbesar, penggunaan alat pembesar tulisan)
b. SLB bagian B untuk tunarungu.
Tahapan-Tahapan
Peningkatan Kemampuan Pendengaran:
1.
Deteksi
2.
diskriminasi
3.
identifikasi
4.
pemahaman
MEDIA
PEMBELAJARAN UNTUK ANAK TUNA RUNGU
Anak
Tuna Rungu memiliki keterbatasan dalam berbicara dan mendengar, media
pembelajaran yang cocok untuk Anak Tuna Rungu adalah media visual dan cara
menerangkannya dengan bahasa bibir/gerak bibir.
1. Persepsi Bunyi Dan Irama ( BKPBI) adalah
sebagai berikut:
Media
Stimulasi Visual: Cermin artikulasi, Benda asli maupun tiruan, Gambar, Pias
kata,. Gambar disertai tulisan, dsb.
2. Media Stimulasi Auditoris : Speech
Trainer, Alat music, Tape recorder, Sound System, f. Media dengan sistem amplifikasi
pendengaran.
Di
lapangan media yang digunakan,misalnya dalam mata pelajaran matematika dengan
tema mengenalkan jam,guru membawa tiruan jam dinding sambil menerangkan dengan
bahasa bibir guru juga menuliskannya di papan tulis agar anak dapat lebih
memahami apa yang guru jelaskan. Dalam pembelajaran IPA, PPKN, Guru juga
mempergunakan gambar. Dalam pembelajaran IPS pun demikian, menggunakan media
gambar dalam materi kenampakkan dari permukaan bumi dari gambar tersebut guru
menjelaskan kepada anak sehingga anak dapat memahami bagaimana bentuk
kenampakkan dari permukaan bumi tersebut.
c. SLB bagian C untuk tunagrahita.
Adapun
strategi pembelajaran yang dapat diberikan kepada anak tunagrahita yaitu:
1. Direct Introduction
Merupakan
metode pengajaran yang menggunakan pendekatan selangkah-selangkah yang
terstruktur dengan cermat, dalam memberikan instruksi atau perintah. Metode ini
memberikan pengalaman belajar yang positif dan meningkatkan kepercayaan diri
dan motivasi untuk berprestasi. Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk
direncanakan dan digunakan. Sedangkan kelemahan utamanya dalam mengembangkan
kemampuan-kemampuan, proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran
kritis dan hubungan interpersonal serta belajar kelompok.
2. Cooperative Learning
Pembelajaran
kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk membantu satu sama lainnya dalam
memahami materi pelajaran. Kelompok belajar yang mencapai hasil belajar yang
maksimal diberikan penghargaan. Pemberian penghargaan ini adalah untuk
merangsang munculnya dan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Menurut
Siahaan (2005:2), ada lima unsure esensial yang ditekankan dalam pembelajaran
kooperatif, yaitu:
a) Saling ketergantungan yang positif
b) Interaksi berhadapan
c) Tanggung jawab individu
d) Keterampilan social
e) Terjadi proses dalam kelompok
3. Peer Tutorial
Merupakan
metode pembelajaran dimana seorang siswa dipasangkan dengan temannya yang
mengalami kesulitan/hambatan. Oleh karena itu lebih ditekankan pada siswa yang
mempunyai kemampuan di bawah kemampuannya.
d. SLB bagian D untuk tunadaksa.
Tunadaksa
adalah individu yang memiliki gangguan gerak yang disebabkan oleh kelainan
neuro-muskular dan struktur tulang yang bersifat bawaan, sakit atau akibat
kecelakaan, termasukcelebral palsy, amputasi, polio, dan lumpuh. Tingkat
gangguan pada tunadaksa adalah ringan yaitu memiliki keterbatasan dalam
melakukan aktivitas fisik tetap masih dapat ditingkatkan melalui terapi, sedang
yaitu memilki keterbatasan motorik dan mengalami gangguan koordinasi sensorik,
berat yaitu memiliki keterbatasan total dalam gerakan fisik dan tidak mampu
mengontrol gerakan fisik.
e. SLB bagian E untuk tunalaras.
Tunalaras
adalah individu yang mengalami hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol
sosial. individu tunalaras biasanya menunjukan prilaku menyimpang yang tidak
sesuai dengan norma dan aturan yang berlaku disekitarnya. Tunalaras dapat
disebabkan karena faktor internal dan faktor eksternal yaitu pengaruh dari
lingkungan sekitar.
STRATEGI PEMBELAJARAN BAGI ANAK TUNALARAS
Untuk
memberikan layanan kepada anak tunalaras, Kauffman (1985) mengemukakan
model-model pendekatan sebagai berikut:
1. Model biogenetic
2. Model behavioral/tingkah laku
3. Model psikodinamika
4. Model ekologis
f. SLB bagian G untuk cacat ganda.
0 komentar:
Posting Komentar